Rabu, 16 Maret 2011

Jalur Pantura

Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut jalan nasional sepanjang 1.316 km antara Merak hingga Ketapang, Banyuwangi di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, khususnya antara Jakarta dan Surabaya. Jalur ini sebagian besar pertama kali dibuat oleh Daendels yang membangun Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan pada tahun 1808-an. Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos adalah untuk mempertahankan pulau Jawa dari serbuan Inggris. Pada era perang Napoleon, Belanda ditaklukkan oleh Perancis dan dalam keadaan perang dengan Inggris.

Jalur Pantura melintasi 5 provinsi: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Ujung paling barat terdapat Pelabuhan Merak, yang menghubungkannya dengan Pelabuhan Bakauheni di Pulau Sumatra, ujung paling selatan dari Jalan Trans Sumatra. Ujung paling timur terdapat Pelabuhan Ketapang yang menghubungkannya dengan Pelabuhan Gilimanuk di Pulau Bali. Jalur Pantura merupakan jalan yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa dan bagian timurnya.

Jalur Pantura melintasi sejumlah kota-kota besar dan sedang di Jawa, selain Jakarta, antara lain Cilegon, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Tuban, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Banyuwangi. Selain jalan arteri, terdapat jalan tol di Pantura, yaitu:
  • Jalan tol Jakarta-Merak (Banten)
  • Jalan tol Jakarta-Cikampek (Karawang)
  • Jalan tol Palimanan-Kanci (Cirebon)
  • Jalan tol Dalam Kota Semarang
  • Jalan tol Surabaya-Gresik
  • Jalan tol Surabaya-Gempol (Pasuruan)
Jalur ini memiliki signifikansi yang sangat tinggi dan menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena setiap hari dilalui 20.000-70.000 kendaraan. Jalur Pantura menjadi perhatian utama saat menjelang Lebaran, di mana arus mudik melimpah dari barat ke timur. Arus paling padat tedapat di ruas Jakarta-Cikampek-Cirebon-Tegal-Semarang. Di Cikampek, terdapat percabangan menuju ke Bandung (dan kota-kota di Jawa Barat bagian selatan). Di Tegal, terdapat percabangan menuju ke Purwokerto (dan kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan). Di Semarang, terdapat percabangan menuju ke timur (Surabaya-Banyuwangi) dan menuju ke selatan (Solo-Madiun).

Senin, 07 Maret 2011

Kontroversi Sejarah Indramayu

Ketika pada tahun 1977 ditetapkan tanggal 7 Oktober 1527 sebagai Hari Jadi Indramayu dan buku “Sejarah Indramayu” (1977) susunan H.A. Dasuki, dkk. menjadi rujukannya, sesungguhnya wacana yang mengemuka lebih tepat sebagai sejare-jare, dan bangunan yang bernama historiografi itu adalah sejarah peteng.

Tetapi persoalannya, siapa mau peduli, meski kesadaran tentang perjalanan hidup di masa lampau sebenarnya akan mampu memetakan identitas atau jatidiri manusia secara individual maupun manusia sebagai anggota suatu komunitas. Sejarah Indramayu sebagai perjalanan dan eksistensi manusia di atas panggung kehidupan di kelampauan itu, meski tak berimbas secara langsung, cenderung memetakan identitas dan jatidiri manusia Indramayu yang gamang, karena ketidakjelasan identitas dan jatidiri.

Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyatannya bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah dapat menjadi manajemen perkembangan. Sejarah mamaksa orang memperhitungkan waktu. Berpikir secara sejarah berarti berpikir berdasarkan perkembangan. Orang harus memperhitungkan masa lalu untuk dapat membicarakan masa kini, dan masa kini untuk masa depan.

Mengungkap sejarah Indramayu, ternyata berujung pada sebuah kesimpulan sebagai sejare-jare dan sejarah peteng. Selama ini, penetapan kronologis “Sejarah Indramayu” bersumber pada naskah tradisional Babad Dermayu, tanpa melakukan proses kritik secara ketat. Begitu pula tidak tuntasnya proses heuristik. Justru yang dilakukan adalah langsung melakukan historiografi berdasarkan fakta mentah yang ditafsirkan. Mestinya, legenda atau babad sebagai salah satu bentuk tradisi lisan jika hendak digunakan untuk merekonstruksi sejarah suatu folk maka mau tidak mau harus membersihkan dahulu bagian-bagiannya yang mengandung sifat-sifat folklor. Memang dalam buku “Sejarah Indramayu” itu ada sumber lain (dari Portugis dan Cina) tetapi tidak menyentuh secara substantif tentang kronologis berdirinya Indramayu.

Pemaksaan historiografi Akibat dari pemaksaan historiografi itu, beberapa hal tidak argumentatif. Tokoh-tokoh yang ada dalam sejarah berdirinya Indramayu tampak tak memiliki identitas yang jelas. Wiralodra, misalnya, yang diyakini sebagai pendiri Indramayu dan berasal dari keturunan ningrat di Bagelen (Purworejo, Jateng), justru di daerah asalnya tak dikenal sama sekali. Naskah sebuah babad menyebutnya sebagai utusan Mataram pada abad ke-17, tetapi pada naskah babad lain disebut pada abad ke-16 sebagai utusan Demak. Sebuah perbedaan yang cukup kontroversial sekitar 100 tahun.

Pemkab Indramayu lebih mengakomodir versi sebagai utusan Mataram, tetapi penetapan hari jadi Indramayu justru disepakati pada tahun 1527 atau abad ke-16. Jika mengakomodir versi berasal dari Mataram, mestinya hari jadi pada abad ke-17.

Endang Dharma Ayu, yang namanya konon menjadi isnpirasi nama Indramayu, juga berselubung ketidakjelasan. Namanya hanya disebut dalam babad Dermayu dengan keidentikan pada nama-nama lain, seperti Gandasari, Ratna Gumilang, dan Ratu Saketi. Ia juga identik sebagai Siti Maemunah, adik Fatahillah atau cucu Maulana Makhdar Ibrahim atau cicit Maulana Malik Ibrahim. Pada naskah lain, seperti Naskah Wangsakerta, justru nama-nama itu identik sebagai Nyai Panguragan, dan sama sekali tak menyebutkan sebagai Endang Dharma Ayu.

Kontroversi juga terdapat pada hubungannya dengan Wiralodra. Satu versi menyebut menikah dengan Wiralodra, lalu menghasilkan beberapa keturunan penerus pemimpin Indramayu, tetapi nama dia sama sekali tak tercantum dalam silsilah tersebut. Versi lain menyebutkan, cinta keduanya bertepuk sebelah tangan. Ia menceburkan diri ke sungai Cimanuk, dan minta namanya diabadikan sebagai nama daerah.

Keberadaan tokoh lain sama kontroversialnya, seperti Pangeran Guru, yang diidentikkan sebagai Arya Damar atau Arya Dillah, seorang bupati Palembang asal Majapahit. Sumber-sumber lain tentang Arya Damar atau Arya Dilla tak pernah menyebut identik dengan Pangeran Guru ataupun ke wilayah Cimanuk dan bertempur dengan Endang Dharma. Bahkan masa hidup tokoh itu juga berbeda, yakni mundur 100 tahun pada abad ke-15, bukan abad ke-16.

Tokoh Ki Sidum yang dianggap membantu Wiralodra menemukan sungai Cimanuk, dianggap identik dengan Purwakali atau Kidang Pananjung, pengasuh Prabu Siliwangi. Sumber-sumber lain tak pernah menyebut keidentikan itu ataupun tentang pertemuan dengan Wiralodra yang tengah mencari sungai Cimanuk.

Historiografi yang ditulis apa adanya sesuai babad, sangat mungkin menghasilkan tokoh-tokoh yang kontroversial. Ketika dilakukan kritik dan interprestasi, yang muncul sekan-akan sebagai klaim sepihak yang tidak valid dan tidak akurat.

Kontroversi Hari Jadi Penentuan Hari Jadi Indramayu lebih didasarkan pada argumen yang dibuat-buat dan cenderung sebagai kebijakan Bupati H.A. Djahari pada tahun 1977 yang menginginkan agar Indramayu segera memiliki Hari Jadi. Karena dibuat-buat, argumentasi yang mengemuka sangat lemah.

Penentuan kelahiran Indramayu tanggal 7 Oktober 1527 berdasarkan momen kepulangan Wiralodra dari rumah saudaranya, Wirasetra di Pegaden, saat ia menikah dengan Endang Dharma. Dalam perjalanan pulang, Wiralodra dihadang Arya Kamuning yang menuduhnya lancang membuka pedukuan Cimanuk tanpa seijin Sunan Gunungjati. Arya Kamuning saat itu baru pulang dari medan perang setelah membantu Gunungjati mengalahkan Rajagaluh. Berdasarkan babad pula, peristiwa Cirebon mengalahkan Rajagaluh terjadi pada tahun 1528.

Di situ tampak sekali ada persoalan waktu yang tidak argumentatif. Wiralodra meresmikan pedukuhan Indramayu tahun 1527, setelah pulang dari Pegaden yang dihadang Arya Kamuning. Padahal Arya Kamuning sendiri baru pulang dari medan perang di Rajagaluh tahun 1528. Bagaimana mungkin putaran waktu berjalan mundur.

Di sisi lain, penetuan 7 Oktober 1527 ternyata berasal dari perkiraan yang justru tidak logis, yakni pada hari Jumat Kliwon, tanggal 1, bulan Sura, tahun 1449 Saka., atau tanggal 1, bulan Muharam, tahun 934 Hijriyah. yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1527 Masehi. Ketidaklogisan itu terletak pada bulan Sura yang bergabung dengan tahun Saka. Sistem penanggalan Jawa (bulan Sura) justru digabungkan dengan sistem penanggalan Hindu (tahun Saka).

Melihat realitas seperti itu, sejarah Indramayu tentu saja kurang tepat jika dihubungkan sebagai sesuatu yang terjadi (syajara), dengan berbagai kronologis dan silsilahnya (syajarah an-nasab), sebagaimana khazanah ilmu sejarah. Sejarah Indramayu tampaknya masih tak beranjak sebagai katanya-katanya (sejare-jare). Sejarah Indramayu lebih suka bersembunyi dalam lintasan sejarah peteng, sebuah kegelapan sejarah yang diselimuti unsur-unsur legenda, yang kini cenderung sebagai mitologi modern untuk memperkokoh legitimasi kekuasaan semata .


Visi dan Misi

 Visi
“Terwujudnya masyarakat lndramayu  yang Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera (REMAJA)”.

Religius
Diartikan bahwa masyarakat lndramayu diharapkan memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama secara baik dan benar sehingga dapat tercermin dalam pola fikir sesuai dengan nilai - nilai agama yang di yakininya.
Maju
Diartikan bahwa masyarakat lndramayu cerdas, terampil, bergerak dinamis, kreatif inovasi serta tangguh menghadapi tantangan.
Mandiri
Diartikan bahwa segala sumbef daya yang dimiliki sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat lndramayu sehinqga sesuai dengan nafas dan hakiki penyelenqgaraan otonomi.
SejahteraDiartikan bahwa masyarakat lndramayu memiliki rata-rata tingkat pendapatan yang memadai, tingkat pindidikan yang cukup dan derajat kesehatan yang baik sehingga dapat hidup layak

Misi Kabupaten lndramayu.

  • Meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis nilai agama dan budaya.
  • Meningkatkan kinerja Pemerintahan daerah yang mandiri bebas KKN.
  • Pemantapan struktur perekonomian masyarakat dan pengembangan potensi daerah.
  • Pemerataan daerah peningkatan sarana dan prasarana wilayah serta prasarana dasar pemukiman
  • Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
  • Menciptakan pelestarian lingkungan hidup.
  • Meningkatkan ketentraman dan ketertiban

Kamis, 10 Februari 2011

Ekonomi

Nilai PDRB Kabupaten Indramayu tahun 2006 atas dasar harga berlaku sebesar 31.895,39 milyar rupiah dan tanpa migas sebesar 10.813,76 milyar rupiah. PDRB tahun 2006 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 8.304,132 milyar rupiah dan tanpa migas Rp 1.931,228 milyar rupiah.  
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, PDRB mengalami peningkatan masing-masing sebesar 35,20 persen dengan minyak dan gas bumi dan 21,74 persen tanpa minyak dan gas. Untuk kontribusi PDRB, sektor yang paling banyak memberikan persentase kontribusi terhadap total PDRB 2006 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor bangunan dan terakhir sektor listrik, gas dan air bersih.
Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu sebesar 5,10 persen. Dari sembilan sektor yang ada pada PDRB, semua sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor Konstruksi/bangunan dengan kenaikan sebesar 14,20 persen. Dilanjutkan oleh kenaikan yang lebih kecil terletak pada sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Industri Pengolahan; Listrik, Gas & Air Bersih; Pengangkutan & Komunikasi; Jasa-Jasa; Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan; Pertanian. Kenaikan tersebut masing-masing 11,59; 8,59; 6,63; 5,56; 2,69; 2,05 dan 0,68 persen. Yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan angka kenaikan 0,30 persen.

Industri & Perdagangan

Lembaga Keuangan

Pada akhir tahun 2006 posisi dana simpanan bank umum dalam bentuk  rupiah tercatat sebanyak Rp 1.131.173.000.000 rupiah sedang valuta asing tercatat sebanyak Rp 6.460.000.000 rupiah. Sedang posisi kredit bank umum dalam bentuk  rupiah tercatat sebanyak Rp 1.385.569.000.000 rupiah sedang valuta asing tercatat sebanyak Rp 112.415.000.000 rupiah. Rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga adalah 1:1,32. Jika dilihat dari jenis penggunaannya maka kredit bank umum 53,00% digunakan untuk modal kerja, 6,66% untuk investasi dan sisanya sebanyak 40,33% digunakan untuk konsumsi. Dari total kredit yang diberikan 27,06 % digunakan oleh usaha kecil dan menengah. Sektor Ekonomi yang menggunakan kucuran kredit terbesar adalah sektor perdagangan dan pertanian masing-masing sebanyak 52,76% dan 38,47%.
Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Usaha Kecil Menengah jumlah koperasi di Kabupaten Indramayu sebanyak 732 Koperasi, 727 koperasi diantaranya merupakn koperasi primer sedang 5 koperasi sisanya adalah koperasi sekunder. Jumlah anggota koperasi di seluruh Kabupaten Indramayu tahun 2006 adalah 160.443 anggota. Dan ini berarti sekitar 9,39 % penduduk Indramayu adalah anggota koperasi. Dengan volume usaha dua kali lipat dari modalnya sendiri, volume usaha koperasi di tahun 2006 sebesar Rp. 123.464.702,-. dengan modal Rp. 62.080.537,- .
Industri
Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang kini banyak dilirik masyarakat sebagai sarana untuk berusaha dalam menghadapi era otonomi daerah. Keadaan ini bisa terlihat dari meningkatnya jumlah perusahaan industri di Kabupaten Indramayu, jumlah perusahaan industri besar sedang pada tahun 2006 tercatat sebanyak 31 unit usaha dari sekitar 380 perusahaan yang dibina Dinas Tenaga Kerja.
Ketenagakerjaan
Berdasarkan data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja tahun 2006 jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan sebanyak 38.026 pencari kerja, dengan spesifikasi tingkat pendidikan yang bervariasi dari sekolah dasar sampai dengan lulusan sekolah menengah kejuruan.
Investasi
Jika dilihat dari segi investasi kurangnya investasi menyebabkan tersendatnya penyerapan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Indramayu.  Pada tahun 2006 tercatat masuknya 1 investor PMDN dan 1 investor Non PMA/PMDN yang menyebabkan naiknya nilai investasi dari Rp. 790.661.000.000,- menjadi                    Rp. 831.771.000.000,-

Infrastruktur

ecara geografis Kabupaten Indramayu dilewati oleh Jalur Lintas Utara Pulau Jawa (Pantura), maka hal ini sangat menguntungkan Kabupaten Indramayu secara ekonomis, karena Pantura merupakan jalur distribusi utama di Pulau Jawa. Guna memetik keuntungan dari jalur distribusi tersebut tentulah sarana dan prasarana transportasi mutlak dibutuhkan.

Panjang Jalan
Prasarana transportasi yang berada di Kabupaten Indramayu secara umum digambarkan oleh keberadaan terminal dan kondisi jalan. Tercatat di  tahun 2006 terminal resmi yang ada di Kabupaten Indramayu sebanyak 6 terminal, 2 terminal merupakan kategori Kelas B sedang sisanya Kategori Kelas C. Panjang jalan  merupakan salah satu syarat utama majunya suatu daerah, karena  akses ke  dan  dari luar  wilayah  semakin banyak.  Keadaan ini   secara signifikan  berpengaruh terhadap kemajuan daerah tersebut. Begitupun dengan  Kabupaten Indramayu yang dilewati oleh jalur distribusi Pantura.
Sampai dengan tahun 2006, panjang jalan di kabupaten Indramayu mencapai 956,720 Km, hal ini juga berlaku bagi kondisi jalan, 59,66% jalan berada dalam keadaan baik, sementara sisanya sebesar 19,01% berada dalam kondisi sedang, 10,40% dalam kondisi rusak dan 10,92% dalam keadaan rusak parah, yang berarti mengalami peningkatan pembangunan dari tahun sebelumnya, tercatat pada tahun 2005 12,74% jalan berada dalam kondisi rusak parah
Angkutan Darat

Angkutan darat merupakan sarana utama  yang ada di kabupaten Indramayu.  Sampai dengan tahun 2006 mobil angkutan penumpang jenis bis biasa yang beroperasi di kabupaten Indramayu berjumlah 459 unit. Dan pada jenis mobil penumpang, mobil angkutan barang, mobil angkutan penumpang, sepeda motor tercatat pada tahun 2006 masing-masing sebanyak 796, 3.938, 3.993 dan 94.803 unit.
Tertib lalu lintas akan meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas. Ditambah dengan kondisi pengemudi dan kendaraan memegang peranan tidak kalah penting dalam berkendaraan. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang relatif kecil pada kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah tugas Polres Indramayu. Peningkatan ini dapat dilihat dari kecenderungan naiknya jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh kecelakaan. Pada tahun 2005 tercatat 93 orang meninggal sedangkan pada tahun 2006 tercatat 108 orang yang meninggal, sementara jumlah kerugian material akibat kecelakaan juga naik yaitu Rp. 495.450.000,- di tahun 2005 menjadi Rp. 545.200.000,- di tahun 2006.
Transportasi Laut
Keberadaan transportasi laut di Kabupatren Indramayu hingga sekarang masih terbatas pada moda angkutan niaga dan perikanan. Dari data Kantor Pelabuhan Indramayu selama tahun 2006 tercatat sebanyak 1.620 unit kapal yang terdiri dari 1.318 kapal nelayan dan 302 kapal niaga berlabuh di Kabupaten Indramayu.

Sumber Daya Alam

Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13,37 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah Sektor Industri (Migas). Selain itu data penduduk Indramayu berdasarkan sektor usaha utama menunjukkan 51,46 persen penduduk yang berusia diatas 10 tahun bekerja di sektor  pertanian (BPS, SAKERNAS 2005). Dari luas wilayah Kabupaten Indramayu yang tercatat seluas 204.011 Ha, 54,35 persennya merupakan tanah sawah. Melihat potensi yang ada maka sektor pertanian merupakan sektor yang patut mendapat perhatian lebih,  baik dari pihak pemerintah daerah maupun masyarakat pertanian sendiri.
Tanaman Pangan
Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Indramayu,  antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi terbanyak adalah padi sawah sebanyak 1.211.350,95 ton yang berarti mengalami penurunan sebanyak 4,22% dari 1.264.685,81 ton di tahun 2005. Luas panen yang mengalami kenaikan dari 195.254 Ha menjadi 198.749 Ha dipengaruhi oleh produktivitas yang menurun dari 64,77 kw/Ha ditahun 2005 menjadi 60,95 kw/Ha di tahun 2006.
Keadaan ini dapat dipahami karena luas areal untuk tanaman padi cukup luas jika dibandingkan dengan luas areal yang ditanami tanaman pangan lainnya yaitu seluas 110.877 Ha, sedangkan tanaman pangan lainnya berkisar antara 100 hingga 3.000 ha saja. Sedang untuk tanaman palawija Ubi kayu merupakan komoditas dengan produksi tertinggi diikuti oleh kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar.
Disamping tanaman pangan dengan padi sebagai primadona, Kabupaten Indramyu juga memiliki tanaman unggulan lainnya seperti mangga, pisang cabe merah, bawang merah, jagung serta kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu dan melinjo juga diusahakan di Kabupaten Indramayu. 
Peternakan
Berdasarkan jenisnya peternakan dibedakan atas ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Jenis ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Indramayu adalah  sapi sebanyak  5.419  ekor, kerbau 1.747 ekor  dan  kuda sebanyak 152 ekor. Sementara ternak kecil yang cukup  dominan adalah domba sebanyak 130.007 ekor kemudian kambing sebanyak 54.000 ekor. Sedangkan jenis ternak unggas terbesar adalah ternak ayam kampung, dimana pada tahun 2006 mencapai 2.095.100 ekor disusul  itik sebanyak  829.791 ekor dan ayam ras sebanyak  610.178 ekor.
Perikanan
Sesuai dengan letaknya yang berada di pesisir pantai Indramayu merupakan salah satu Kabupaten penghasil ikan. Produksi ikan laut segar selama tahun 2006 mencapai 71.579,11, walaupun mengalami peningkatan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 67.359,10 ton, nilai produksi mengalami penurunan dari 129.686.808,79
Kehutanan
Realisasi pendapatan dari sektor kehutanan dan perburuan KPH Indramayu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 pendapatan dari sektor kehutanan dan perburuan mencapai nilai Rp. 17.225.028.641,- sedangkan pada tahun 2005 mencapai Rp. 16.303.371.000,- Dengan nilai terbesar dihasilkan dari kayu perkakas jati yang mencapai nilai  Rp. 15.634.194.326,- dan kemudian diikuti  dari minyak kayu putih sebesar Rp. 1.450.937.813,-. Sedang sisanya disumbang oleh kayu perkakas rimba, kayu bakar jati dan kayu bakar rimba.